Pacaran dan Proses Pendewasaan


 

Pacaran adalah sebuah ikatan perjanjian untuk saling menghormati, mencintai dan mempercayai sebagai jalan menuju pernikahan yang sah (Ikhsan, 2003, sebagaimana dikutip dari Ardhianita dan Andayani, 2005). Jika pacaran adalah proses menuju pernikahan, pacaran seharusnya menjadi sebuah proses pendewasaan seseorang. Tapi di sisi lain, pacaran juga meningkatkan resiko kehamilan di luar nikah. Jadi, apakah pacaran dapat dikatan sebagai proses pendewasaan seseorang?
Jika memang pacaran dianggap sebagai suatu proses menuju pernikahan, maka logika sederhananya adalah orang yang berpacaran akan mendapatkan kepuasan lebih dalam pernikahan ketimbang mereka yang tidak berpacaran. Nyatanya, menurut Ardhianita dan Andayani (2005), mereka yang tidak melalui proses pacaran mendapatkan kepuasan lebih dalam pernikahannya. Selain itu, pacaran juga mendorong pelakunya kepada perilaku seks di luar nikah. Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan Nurhidayah (2008) menunjukan bahwa ada hubungan positif antara berpacaran dan perilaku seks di luar nikah. Hal ini menunjukan bahwa berpacaran tidak mendorong proses pendewasaan seseorang karena berpacaran justru mendorong pelakunya kepada hal-hal negatif.
Di sisi lain, pacaran dianggap mampu mendorong pelakunya untuk bersikap hati-hati dan memperhitungkan segala konsekuensi. Menurut Gayle dan Nugraheni (2012), pacaran, terutama pacaran jarak jauh, akan menimbulkan konflik. Untuk menghadapi konflik ini, pelaku pacaran akan menggunakan strategi dalam manajemen konflik. Hal ini menunjukan bahwa pacaran dapat menjadi proses pendewasaan seseorang karena akan mendorong pelakunya untuk memperhitungkan segala konsekuensi dan memaksa pelakunya untuk melakukan manajemen konflik.
Melihat dua sudut pandang atas pacaran sebagai proses pendewasaan seseorang, penulis merasa setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa pacaran dapat menjadi proses pendewasaan seseorang. Menurut penulis, untuk menjadi dewasa, seseorang haruslah mampu untuk memperhitungkan segala kemungkinan dan melakukan manajemen konflik atas pilihan yang diambilnya. Kedua kemampuan itu dapat dilatih dengan proses pacaran dimana dalam berpacaran pasti muncul konflik dan banyak pertimbangan yang harus diperhatikan sebelum mengambil keputusan. Mengenai pendapat bahwa berpacaran mendorong kepada perilaku seks di luar nikah, menurut penulis itu juga merupakan bagian dari proses pendewasaan seseorang karena ia harus siap menanggung konsekuensi dari opsi yang dipilihnya.
Memang pacaran mengundang kontroversi, ada yang setuju dan ada yang tidak. Yang setuju berpendapat bahwa pacaran dapat menjadi proses pendewasaan seseorang karena dapat melatih seseorang dalam mempertimbangkan konsekuensi dari tiap pilihan. Di sisi lain, mereka yang tidak setuju berpendapat bahwa pacaran dapat mendorong pelakunya kepada perilaku seks di luar nikah dan membawa ketidakpuasan dalam pernikahannya nanti. Mengenai pendapat penulis sendiri, penulis sependapat dengan mereka yang berpendapat bahwa pacaran dapat dijadikan proses pendewasaan seseorang.

Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar
Tips Pria
AUTHOR
June 6, 2022 at 9:01 AM delete

terlepas dari hrm tidany berpacaran, hal utama sebelum nikah alangkah baiknya perkenalan sesama pasangan, karena banyak terjadi perceraian karena tidak sling kenal karakter pasangan masing2

Reply
avatar