Jika memang pacaran dianggap sebagai suatu proses menuju
pernikahan, maka logika sederhananya adalah orang yang berpacaran akan
mendapatkan kepuasan lebih dalam pernikahan ketimbang mereka yang tidak
berpacaran. Nyatanya, menurut Ardhianita dan Andayani (2005), mereka yang tidak
melalui proses pacaran mendapatkan kepuasan lebih dalam pernikahannya. Selain
itu, pacaran juga mendorong pelakunya kepada perilaku seks di luar nikah.
Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan Nurhidayah (2008) menunjukan bahwa
ada hubungan positif antara berpacaran dan perilaku seks di luar nikah. Hal ini
menunjukan bahwa berpacaran tidak mendorong proses pendewasaan seseorang karena
berpacaran justru mendorong pelakunya kepada hal-hal negatif.
Di sisi lain, pacaran dianggap mampu mendorong pelakunya
untuk bersikap hati-hati dan memperhitungkan segala konsekuensi. Menurut Gayle
dan Nugraheni (2012), pacaran, terutama pacaran jarak jauh, akan menimbulkan
konflik. Untuk menghadapi konflik ini, pelaku pacaran akan menggunakan strategi
dalam manajemen konflik. Hal ini menunjukan bahwa pacaran dapat menjadi proses
pendewasaan seseorang karena akan mendorong pelakunya untuk memperhitungkan
segala konsekuensi dan memaksa pelakunya untuk melakukan manajemen konflik.
Melihat dua sudut pandang atas pacaran sebagai proses
pendewasaan seseorang, penulis merasa setuju dengan pendapat yang mengatakan
bahwa pacaran dapat menjadi proses pendewasaan seseorang. Menurut penulis, untuk
menjadi dewasa, seseorang haruslah mampu untuk memperhitungkan segala
kemungkinan dan melakukan manajemen konflik atas pilihan yang diambilnya. Kedua
kemampuan itu dapat dilatih dengan proses pacaran dimana dalam berpacaran pasti
muncul konflik dan banyak pertimbangan yang harus diperhatikan sebelum
mengambil keputusan. Mengenai pendapat bahwa berpacaran mendorong kepada
perilaku seks di luar nikah, menurut penulis itu juga merupakan bagian dari
proses pendewasaan seseorang karena ia harus siap menanggung konsekuensi dari
opsi yang dipilihnya.
Memang pacaran mengundang kontroversi, ada yang setuju
dan ada yang tidak. Yang setuju berpendapat bahwa pacaran dapat menjadi proses
pendewasaan seseorang karena dapat melatih seseorang dalam mempertimbangkan
konsekuensi dari tiap pilihan. Di sisi lain, mereka yang tidak setuju
berpendapat bahwa pacaran dapat mendorong pelakunya kepada perilaku seks di
luar nikah dan membawa ketidakpuasan dalam pernikahannya nanti. Mengenai
pendapat penulis sendiri, penulis sependapat dengan mereka yang berpendapat
bahwa pacaran dapat dijadikan proses pendewasaan seseorang.
Sign up here with your email
1 komentar:
Write komentarterlepas dari hrm tidany berpacaran, hal utama sebelum nikah alangkah baiknya perkenalan sesama pasangan, karena banyak terjadi perceraian karena tidak sling kenal karakter pasangan masing2
Reply