Mahasiswa seringkali dikaitkan dengan aktivisme. Dari aktivisme inilah mahasiswa membentuk organisasi pergerakan mahasiswa, baik itu intra maupun ekstra kampus. Organisasi pergerakan instra kampus dapat berbentuk sebagai BEM dan berbagai macam UKM. Namun, organisasi intra kampus ini seringkali tidak fleksibel karena berada di bawah kuasa kampus/rektorat langsung. Di sisi lain, organisasi pergerakan mahasiswa ekstra kampus dapat berbentuk organisasi yang lebih fleksibel ketimbang organisasi intra kampus karena tidak berada di bawah kuasa kampus/rektorat sehingga lebih minim intervensi.
Organisasi mahasiswa ekstra kampus merupakan organisasi
yang terdiri dari mahasiswa yang memiliki kesamaan ideologi (Haznil, Manar,
Martini. 2013). Oleh sebab itu, tiap-tiap organisasi ini memiliki ideologi
garis besar haluan organisasinya. Contohnya adalah PMII yang mengusung ideologi
aswaja, sehingga mayoritas anggotanya adalah mereka yang merupakan umat
NU. Contoh lainnya adalah GMNI yang berideologi nasionalisme, sehingga mayoritas
anggotanya adalah mahasiswa-mahasiswa nasionalis.
Organisasi mahasiswa ekstra kampus dapat dijadikan wadah
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anggota-anggotanya. Hal ini
disebabkan karena organisasi ini seringkali mengadakan diskusi yang dapat
memperluas wawasan anggotanya. Organisasi ini juga seringkali mengadakan aksi
yang dapat mempertajam kepekaan anggotanya terhadap isu-isu sosial yang sedang
terjadi. Bahkan, beberapa organisasi juga memiliki LSO (Lembaga Semi Otonom) di
bawah kepengurusan organisasi yang dapat menjadi wadah tambahan bagi anggotanya
untuk mengembangkan diri. Contohnya adalah LSO Jurnal Tradisi yang dimiliki
oleh PMII UGM yang dapat menjadi wadah pengembangan bagi anggotanya yang
memiliki minat di bidang penulisan.
Organisasi mahasiswa ekstra kampus juga dapat menjadi
agen sosialisasi politik. Dalam hal ini, organisasi berperan untuk mengenalkan
objek, sistem, dan pergolakan politik yang ada di kampus (Haznil, Manar,
Martini. 2013). Dengan begitu, organisasi mahasiswa ekstra kampus dapat
dijadikan wadah untuk praktek politik mahasiswamya. Hal ini akan membuat
anggotanya menjadi sensitif dengan isu-isu politik yang ada, baik pada tingkat
kampus maupun tingkat nasional.
Organisasi
pergerakan mahasiswa terdiri dari dua, yaitu intra dan ekstra kampus.
Organisasi mahasiswa ekstra kampus memiliki fleksibilitas lebih ketimbang intra
kampus karena tidak terikat dengan rektorat. Organisasi mahasiswa ekstra kampus
merupakan beranggotakan mereka yang memiliki kesamaan ideologis. Organisasi
mahasiswa ekstra kampus dapat menjadi wadah pengembangan sekaligus dapat
menjadi tempat praktek politik anggotanya. Hal ini dapat memperluas wawasan dan
mempertajam kepekaan anggotanya terhadap isu-isu sosial yang sedang terjadi di masyarakat.
Sign up here with your email